Komitmen Muslim Terhadap Harakah Islamiyah

Oleh : Fathi Yakan

Komitmen kepada islam bukanlah komitmen warisan atau keturunan. Bukan pula komitmen sebatas penampilan luar. Melainkan komitmen kepada ajaran Islam, komitmen terhadap Islam dan menyesuaikan diri dengan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Saya Harus mengIslamkan Aqidah Saya.
Syarat pertama dalam berkomitmen dan menisbahkan diri kepada Islam adalah Aqidah seorang muslim harus lurus dan benar, sesuai dengan tuntunan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW.Agar Saya dapat mengIslamkan Aqidah saya, maka wajib bagi saya untuk :
  1. Mengimani bahwa pencipta alam semesta ini adalah Ilah Yang Maha Bijaksana, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Berdiri Sendiri. Lihat QS Al Anbiya’ : 22.
  2. Mengimani bahwa Al-Kholiq menciptakan alam semesta ini tidaklah dengan sia-sia dan percuma, karena Dzat yang memiliki sifat Kamal (kesempurnaan) tidak mungkin melakukan sesuatu yang sia-sia. Lihat QS Al Mu’minun : 115-116.
  3. Mengimani bahwa Allah SWT telah mengutus para Rosul dan menurunkan kitab-kitab untuk memperkenalkan Dzat-Nya kepada manusia, menjelaskan tujuan penciptaan, serta asal dan tempat kembali mereka kelak. Lihat QS An-Nahl : 36.
  4. Mengimani bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk mengenal Allah SWT, seperti yang Dia terangkan, serta untuk taat dan mengabdi kepada-Nya. Lihat QS Adz-Dzariyat : 56-58
  5. Mengimani bahwa balasan bagi Mu’min yang taat adalah jannah dan bagi orang kafir yang ma’shiat adalah neraka. Lihat QS Asy-Syura : 7.
  6. Mengimani bahwa manusia melakukan kebaikan maupun kejahatan atas pilihan dan kehendaknya sendiri. Akan tetapi ia tidak dapat melakukan kebaikan kecuali dengan taufiq dari Allah SWT dan tidak melakukan kejahatan atas paksaan dari Allah SWT. Lihat QS Asy-Syam : 7-10 dan Al-Mudatsir :38.
  7. Mengimani bahwa tasyri’ (pembuatan hukum) hanyalah hak Allah semata yang tidak boleh dilangkahi. Seorang ‘alim boleh berijtihad dalam mengambil kesimpulan (istinbath) hukum dalam lingkup yang disyari’atkan oleh Allah. Lihat QS Asy-Syura : 10.
  8. Mengetahui nama-nama serta sifat-sifat yang layak dan sesuai dengan keagungan Allah
  9. Merenungkan ciptaan Allah dan bukan Dzat-Nya, dalam rangka mengikuti perintah Rasulullah SAW
  10. Meyakini bahwa pendapat salaf lebih utama diikuti untuk menutup peluang ta’wil dan ta’thil (tidak memberlakukan makna dari sebuah lafadz) serta menyerahkan makna hakiki dari nama-nama dan sifat-sifat Allah itu hanya kepadaNya.
  11. Mengabdi kepada Allah dengan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, sesuai dengan misi da’wah yang dibawa oleh setiap Rasul yang menyeru manusia untuk mengabdikan diri hanya kepada Allah dengan tidak tunduk kepada selain-Nya. Lihat QS An-Nahl : 36.
  12. Merasa takut oleh-Nya dan tidak merasa takut oleh selain Dia. Dan hendaknya rasa takut yang ada pada saya mendorong saya untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang dibenci dan diharamkan oleh-Nya. Lihat QS An-Nur : 52) dan QS Al-Mulk : 12.
  13. Berdzikir kepada-Nya secara berkelanjutan. Diam saya harus berfikir, berkata saya harus merupakan dzikir. Dan dzikir kepada Allah merupakan obat spiritual yang ampuh dan senjata yang hebat untuk menghadapi tantangan zaman dan segala bencana yang menimpa kehidupan. Lihat QS Ar-Rad : 28 dan QS Az Zukhruf ; 36-37.
  14. Mencintai Allah sampai hati saya dikuasai oleh-Nya dan terkait erat dengan-Nya sehingga mendorong diri saya untuk terus menambah amal baik, berkorban dengan berjihad di jalan-Nya. Lihat QS At-Taubah : 24.
  15. Bertawwakal kepada Allah dalam segala urusan saya. Sikap ini dapat menumbuhkan kekuatan jiwa dan semangat yang membuat kesulitan seperti apapun menjadi mudah. Lihat QS At-Thalaq : 3.
  16. Bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmatNya dan karunia-karuniaNya yang tak terhingga. Lihat QS An Nahl : 78, QS Yasin : 33-35 dan QS Ibrahim : 7.
  17. Beristighfar secara dawam (berkelanjutan), karena istighfar dapat menghapus kesalahan, memperbaharui taubat dan iman serta dapat nmenumbuhkan perasaan tenang dan tentram. Lihat QS An Nisa : 110 dan QS Ali Imran : 135.
  18. Menyadari bahwa diri selalu dimonitor oleh-Nya, kapan saja dan dimana saja (Muroqobah). Lihat QS Al-Mujadilah : 7.
Saya Harus meng-Islamkan Ibadah Saya.
Ibadah adalah puncak ketundukan dan pengakuan atas keagungan zat yang diibadahi. Islam menghendaki agar seluruh kehidupan merupakan pengabdian , ibadah dan keta’atan. ( QS Adz-Dzaariyat : 56 ) dan (QS Al An’am : 162).
Agar saya dapat mengislamkan ibadah saya, maka saya harus :
  1. Menjadikan ibadah saya hidup dan tersambung dengan Al-Ma’bud (Allah). Dan ini taraf Ihsan dalam ibadah.
  2. Menjadikan ibadah saya khusyu sehingga saya dapat merasakan hangatnya hubungan dan mesranya kekhusyuan.
  3. Beribadah dengan hati yang hadhir (penuh kesadaran) dan menjauhkan pemikiran tentang kesibukan dunia dan problematik yang terjadi di sekitar saya.
  4. Tidak pernah merasa kenyang dalam beribadah. Saya harus terus mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah nafilah.
  5. Memelihara qiyamulail dan melatih diri agar terbiasa melakukannya, karena qiyamullail merupakan salah satu pembangkit iman yang paling kuat. (QS Al-Muzzamil : 6), (Adz-Dzariyat : 17-18) dan (As-Sajadah : 16)
  6. Mempunyai waktu khusus untuk mengkaji dan merenungkan Al Quran terutama di waktu Subuh. (QS Al-Isra : 78). Disertai tadabbur (merenungkan), tafakkur (memikirkan) dan perasaan haru. (QS Al-Hasyr :21).
  7. Menjadikan do’a sebagai mi’roj saya kepada Allah dalam segala urusan kehidupan karena do’a adalah sumsum ibadah, dan saya harus menjaga doa - doa yang ma’tsur (datang dari Rasulullah SAW). (QS Al Ghoofir : 60).
Saya Harus mengIslamkan Akhlak Saya 

Akhlaq mulia adalah tujuan asasi dari Risalah Islamiyah. (QS Al-Hajj : 41) dan (QS Al Baqarah : 177). Akhlaq mulia harus dibuktikan dalam amal perbuatan sekaligus buah iman. Akhlaq mulia terlahir dari ibadah. (QS Al Ankabuut : 45).
Diantara sifat-sifat penting yang harus dimiliki seseorang agar dapat mengislamkan akhlaqnya :
  1. Bersikap wara’ (menjauhkan diri) dari perkara-perkara syubhat.
  2. Menundukkan pandangan. Karena pandangan dapat membangkitkan nafsu birahi dan merangsang pelakunya untuk terjerumus ke dalam dosa dan maksiat. (QS An Nur : 30).
  3. Menjaga lidah. Seorang muslim hendaknya menjaga lidahnya dari pembicaraan tak berguna, obrolan-obrolan kotor, kata-kata dan ungkapan yang buruk serta seluruh perkataan sia-sia, ghibah dan fitnah.
  4. Rasa malu tanpa kehilangan keberanian dan kebenaran. Tidak mencampuri urusan orang lain, menundukkan pandangan, rendah hati, tidak meninggikan suara, qonaah (merasa cukup dengan yang ada), dan lain-lain.
  5. Lemah lembut dan sabar. Jalan dakwah sarat dengan kesulitan, penganiayaan, intimidasi, tuduhan, celaan, dan olok-olok yang merupakan konsekuensi logis bagi mereka yang aktif dengan pergerakan Islam agar semangat mereka mengendur, gerakan mereka lumpuh dan mereka akhirnya berpaling dari jalan dakwah. (QS Asyura: 43), (Al Hijr : 85), (As Shad : 10), (An Nur : 22), dan (Al Furqan : 63).
  6. Jujur. Berani mengatakan yang benar, meskipun mengandung resiko bagi dirinya, tanpa takut celaan orang lain.
  7. Tawadhu (rendah hati).
  8. Menjauhi perasangka, ghibah dan mencari-cari aib orang Islam. (QS Al Hujurat : 12) dan (QS Al-ahzab : 58).
  9. Murah hati dan dermawan.
  10. Qudwah Hasanah (teladan yang baik). Di kalangan manusia dan menerjemahkan prinsip-prinsip serta aturan-aturan islam dengan amal nyata ketika makan, minum, berpakaian, berbicara, bepergian, berada di rumah dan dalam segala gerak dan diamnya.


0 komentar:

Posting Komentar